kilasgaya.com | SURABAYA – MVP Pictures kembali menghadirkan sebuah karya sinema yang berani dan penuh makna lewat film, Gowok Kamasutra Jawa, yang diproduseri oleh Raam Punjabi dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Film ini mengangkat kisah sejarah dan tradisi lama dari budaya Jawa, khususnya wilayah Banyumasan, yang nyaris terlupakan namun sarat nilai-nilai mendalam tentang hubungan, seksualitas, dan kesetaraan gender.
Raam Punjabi, selaku produser, mengungkapkan antusiasmenya atas proyek ini.
“Menghadirkan cerita-cerita yang segar dan berbeda selalu menjadi visi MVP Pictures. Lewat film Gowok Kamasutra Jawa, kami mengangkat kembali sebuah kisah sejarah yang nyaris terlupakan, namun sarat makna dan nilai budaya. Saya sangat mengapresiasi dedikasi luar biasa dari Hanung, para pemain, serta seluruh tim kreatif yang telah mencurahkan energi dan semangatnya demi mewujudkan film ini. Sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengajak kita merenungkan kembali warisan sejarah kita.”
Hanung Bramantyo pun menuturkan ketertarikannya menggali budaya Jawa dari sudut pandang yang jarang tersorot.
“Saya selalu tertarik memfilmkan budaya saya: Jawa. Saya merasa Jawa, yang dianggap budaya Indonesia paling besar dan dominan, selalu ditafsirkan sebagai budaya yang patriarkal (laki-laki centris), terutama urusan ke-rumah tangga-an. Namun lewat Gowok, saya tersadar, bahwa Jawa tidak selalu Patriarki. Terkhusus daerah di luar Jogja-Solo, baik Jawa Pesisiran Tegal hingga Rembang, maupun Jawa Ngapak : Banyumas-Temanggung hingga Cilacap,” jelas Hanung.
“Dalam tradisi Gowok yang saya gali dengan sangat terbatas ini, disampaikan bahwa laki-laki harus memiliki pemahaman atas tubuh perempuan, sebelum dia menjalani pernikahan. Sebab keharmonisan dalam rumah tangga ditentukan pada bagaimana hubungan suami-isteri di ruang privat. Selama ini, yang saya pahami sebagai laki-laki Jawa, perempuan dituntut melayani laki-laki dalam hal seksualitas. Namun lewat tradisi Gowok, ternyata sebaliknya. Laki-laki harus memahami tubuh perempuan agar dalam melakukan hubungan terjadi kesetaraan. Perempuan tidak sekedar menjadi pemuas laki-laki, tapi juga sebaliknya. Laki-laki harus berkewajiban memuaskan perempuan,” lanjutnya.
Film ini juga menghadirkan Lola Amaria sebagai salah satu pemeran utama. Ia menekankan pentingnya mengangkat kembali isu-isu yang berkaitan dengan perempuan dan seksualitas dalam bingkai budaya:
“Film Gowok Kamasutra Jawa bicara tentang budaya Jawa (Banyumasan) masa lalu, tradisi lama yang mungkin sudah tidak ada tapi tetap relevan dibicarakan karena berkaitan dengan persoalan perempuan dan seks.”
Gowok Kamasutra Jawa tidak hanya menyoroti aspek budaya dan sejarah, namun juga mengajak penonton untuk membuka ruang dialog tentang relasi, tubuh, dan peran gender dalam masyarakat, dengan narasi yang kuat serta visual yang memikat.
Selain Lola Amaria, Gowok Kamasutra Jawa juga dibintangi oleh Raihaanun, Reza Rahadian, Devano Danendra, Alika Jantinia, Ali Fikry, Nayla Purnama, Donny Damara, Djenar Maesa Ayu, Slamet Rahardjo dan Aldy Bisl.
Gowok Kamasutra Jawa akan tayang di bioskop pada 5 Juni dalam dua versi, yaitu versi 17+ dan Uncut Version 21+. (acs)




